Awal kewajiban kita sebagai makhluq adalah mengetahui pencipta kita, satu-satunya kholiq yakni Allah SWT. Ma'rifat (mengenal/ mengetahui) adalah keharusan bagi tiap muslim yang beriman, dalam syariat harus kita tanamkan pada putra-putri kita sejak dini.
Dalam nadlam Jauhar Tauhid karya Imam Ibrahim al-Laqoni menerangkan sebagai berikut
Isyarat Tahun Cahaya dalam al-Quran
Selama ini kita mempelajari betapa luasnya galaksi dimana kita berada, itupun masih ada galaksi lain yang letaknya sangat amat jauh. Tadabbur (merenung dan berfikir) mengenai kebesaran alam semesta diatas kita tentu tak lepas dari tadabbur tentang sang kholiq yang menitahkannya. Allah telah menciptakannya dan sampai sekarang kita masih belum dapat menguak rahasia dan pengetahuan kosmologi.
Untuk menggambarkan luasnya galaksi, kita mengenal istilah Tahun Cahaya (light year). Kita mengenalnya sebagai satuan ukur jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun melewati ruang hampa udara. Istilah tahun yang digunakan untuk perhitungan adalah yang mempunyai 365,25 hari atau 31.557.600 detik. Kadang kala rata-rata tahun tropis 31.556.925,9747 detik digunakan. Karena cahaya menempuh kecepatan 299.792.458 perdetik (ms−1) dalam ruang hampa udara, maka dengan menggunakan tahun Julian, satu tahun cahaya sama dengan 9.460.730.472.580.800 kilometer atau sering dibulatkan menjadi 1015 kilometer.
Alquran yang diturunkan pada Nabi Muhammad pada abad ke-7 telah menyiratkan cahaya sebagai media ukur antar galaksi. Hal itu tertuang dalam Surah al-Ma'arij ayat 4:
"para malaikat dan ruh (Jibril) naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan 50.000 tahun"
Ayat diatas menegaskan adanya jarak antara langit dan bumi. Hal ini digambarkan dari kata ta'ruju تعرج yang bisa diartikan "naik" dari bumi ke langit sebagai simbolisasi perintah Allah. Senada dengan penuturan Ibnu Hatim dari riwayat Ibnu Abbas mengenai tafsir ayat ini, bahwasanya "sehari" yang dimaksud adalah jarak lapisan bumi paling bawah hingga langit lapis ketujuh.
Menurut hadits Marfu' riwayat shahabat al-Barra, kata "Ruh" روح diartikan nyawa manusia/ bani adam, meski Imam Abu Saleh mentakwil "ruh" sebagai julukan Malaikat Jibril. Malaikat yang tercipta dari cahaya disebut dengan tegas sekaligus diungkapkan sebagai benda yang bergerak dari Bumi menuju langit. Dari sini tentu saja pengetahuan sains kosmologi yang dimulai abad ke-10 telah mendapat petunjuk awalnya.
Dalam Surah Yunus ayat 5 allah menuturkan cahaya dalam konteks kosmologis.
هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمۡسَ ضِيَآءً۬ وَٱلۡقَمَرَ نُورً۬ا وَقَدَّرَهُ ۥ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُواْ عَدَدَ ٱلسِّنِينَ وَٱلۡحِسَابَۚ مَا خَلَقَ ٱللَّهُ ذَٲلِكَ إِلَّا بِٱلۡحَقِّۚ يُفَصِّلُ ٱلۡأَيَـٰتِ لِقَوۡمٍ۬ يَعۡلَمُونَ (٥)
"Dialah yang mejadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan dialah yang menetapkan tempat-tempat (orbit) agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang yang mengetahui"
Jika diamati, ayat tersebut menjelaskan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya, cahaya. Apa saja manfaat cahaya? Ayat diatas menjelaskan lebih tentang manfaat cahaya yang dipahami sekedar penerang di kegelapan. Bagi orang-orang yang berfikir, cahaya adalah sarana menghitung termasuk menghitung revolusi bumi dalam kalender tahunan, rotasi dalam masa 1 hari, dan juga menghitung benda-benda langit.
Setelah diketahui terdapat galaksi di luar Bima Sakti, pengamatan awal menggunakan kasat mata. Radiasi puncak mayoritas bintang memang berada dalam spektrum ini, sehingga pengetahuan tentang benda-benda pembentuk galaksi menjadi sangat penting dalam astronomi optik.
Debu yang ada di antara bintang dan galaksi sangat sulit ditembus oleh cahaya kasat mata, namun lebih transparan terhadap cahaya inframerah-jauh. Perkembangan terus terjadi hingga akhirnya pengamatan luar angkasa menggunakan spektrum cahaya tak kasat mata, khususnya penelitian galaksi aktif.
Betapa al-Quran menyimpan rahasia mengenai fisika modern, yang terbagi ke beberapa cabang seperti astrologi dan kosmologi. Sindiran halus Surah Yunus ayat 5 terhadap kita semua bahwa hanya orang yang berfikir-lah yang mengetahui kebesaran Allah dibalik ciptaan-Nya.
0 Comments